Proses pencarian badan pesawat AirAsia
QZ 8501 masih terus berlanjut. Pencarian pesawat yang jatuh
minggu lalu itu dilakukan oleh segenap profesional dari manca negara juga.
Segala peralatan canggih telah dikerahkan, sayang sampai minggu kedua pencarian
masih belum maksimal dikarenakan faktor cuaca.
Akhirnya, cara gaib pun diterapkan. Sejumlah tokoh
adat dan paranormal setempat diundang untuk membantu proses pencarian pesawat
naas tersebut. Kemudian, muncul cerita rakyat setempat tentang ratu penguasa
laut tempat jatuhnya AirAsia QZ 8501 yang diduga menjadi salah satu penyebab
mistis pesawat itu jatuh.
Dilansir melalui merdeka.com, menyebutkan bahwa salah satu tokoh adat Kalimantan,
Gusti Kadran, berniat membantu proses pencarian AirAsia QZ 8501 yang jatuh di
Selat Karimata dengan mendatangi Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan
Tengah. Ceritanya, selat Karimata terkenal angker yang dipimpin oleh ratu
penguasa laut itu bernama Ratu Junjung Buih.
Pria yang mengaku masih keturunan ke-13 kesultanan
Kotawaringin itu datang ke Pangkalan Bun menyamakan sosok Ratu Junjung Buih
seperti Nyi Roro Kidul yang diyakini sebagai penguasa laut selatan di Jawa.
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, ternyata
nama Junjung Buih pernah menjadi nama sebuah plaza era tahun 1990-an di
Banjarmasin, setelah kerusuhan 1998 bangunan itu lenyap dan berganti-ganti nama
menjadi Hotel Harum, dan kini berubah nama lagi.
Konon kisahnya, Junjung Buih disebut sebagai istri
Pangeran Suryanata. Dia adalah putri raja
pertama di Kalimantan buah hasil
pertapaannya di Candi Agung, dan ditemukan dari tumpukan buih di sungai.
Berkisah dulu kerajaan Amuntai di Kalimantan dipimpin oleh dua bersaudara,
yaitu Padmaraga sebagai Raja Tua dan Sukmaraga disebut Raja Muda.
Keduanya tidak memiliki anak, akhirnya bertapa.
Kemudian, Raja Muda mendapat anak kembar. Kabar tersebut didengar Raja Tua pun
berdoa di Candi Agung juga. Dalam perjalanannya, dia melihat anak bayi terapung
di sungai dan hendak diambil sebagai anak asuh. Anehnya, bayi itu dapat bicara
pada Datuk Pujung yang berusaha mengambil bayi itu di sungai.
“Yang kita tekankan jangan mengandalkan kekuatan manusianya
saja, melainkan juga kita juga mesti hargai kekuatan gaib. Itulah yang
dominan.” jelasnya.
Bayi itu dapat diambil dengan syarat, yakni Raja Tua
menyediakan selembar kain dan selimut yang selesai ditenun dalam waktu setengah
hari. Bayi perempuan tersebut juga meminta agar dijemput oleh 40 wanita cantik.
Akhirnya, Raja Tua pun segera memerintahkan kepada bawahannya untuk mencarikan
40 wanita cantik dan mengadakan sayembara untuk menenun kain dan selimut dalam
waktu setengah hari.
Sayang, walaupun banyak penenun mengikuti sayembara itu
tidak dapat menyelesaikan dalam waktu setengah hari. Hingga datang seorang
wanita, Ratu Kuripan, yang mampu menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang
ditentukan dengan hasil yang mengagumkan.
“Mudah-mudahan hari ini ada hasil positif. Jika tidak, kita
komunikasi langsung ke lokasi karena makhluk ini lebih kuat daripada manusia.”
tutupnya.
Bayi itu diangkat menjadi anak Raja Tua dan diberi nama
Junjung Buih. Semua ilmu yang dimiliki Ratu Kuripan diberikan kepada ratu
Junjung Buih yang membuatnya cerdas dan menjadi panutan rakyat Amuntai karena
Ratu Kuripan menjadi pengasuhnya. Putri Junjung Buih menikah dengan pangeran
dari Majapahit, yaitu Suryanata. Dan memberikan keturunan-keturunan yang
berkuasa di Kalimantan.
Diyakini oleh Gusti, Junjung Buih menjadi penguasa di Selat
Karimata. Menurut penerawangan Gusti Kadran, aura mistis masih sangat terasa
kuat di perairan itu, sehingga dia mengatakan tidak akan berhasil evakuasi jika
hanya mengandalkan kemampuan manusia dan peralatan canggih.
Ladies and Gentleman, apapun cerita yang muncul untuk mengungkap misteri
keberadaan badan pesawat AirAsia QZ 8501, kita yakini segala kekuatan tertinggi
ada pada Tuhan. Kalaupun, melalui jalan mistis berhasil menemukan puing-puing
pesawat dan korban, maka itu semata-mata atas ijin-Nya. Kita sebagai manusia
hanya bisa berusaha semaksimal mungkin...
Sumber : vemale.com
Sumber : vemale.com
0 komentar:
Post a Comment